Rumah sakit merupakan bagian integral organisasi pelayanan medik yang bertugas memberikan layanan kesehatan baik kuratif maupun preventif kepada masyarakat sekitar beserta lingkungannya. Kegiatan tersebut menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah meningkatkannya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya adalah agen penyakit yang dibawa oleh penderita dari luar ke rumah sakit atau pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara, air, lantai makanan dan benda-benda peralatan medik.
Tak terhitung lagi berapa banyak nyawa yang telah
diselamatkan di rumah sakit. Namun kebanyakan dari kita mungkin tak
pernah menyangka bahwa mengunjungi rumah sakit, tempat tujuan utama
untuk mendapatkan bantuan, bisa membuat masalah kita justru memburuk.Ya, rumah sakit terbersih, tersteril, dan paling
canggih sekalipun kerap dihantui oleh penyakit menular. Jika Anda tidak
pintar-pintar melindungi diri, Anda akan lebih rentan terhadap penyakit
menular tersebut.
Infeksi yang rentan ditularkan di rumah sakit
Semua orang yang sedang menjalani rawat inap di rumah
sakit memiliki risiko untuk tertular hospital acquired infection (HAI).
Dalam istilah medis HAI dikenal juga dengan sebutan infeksi nosokomial.
Infeksi ini bisa terjadi mulai dari 48 jam setelah masuk rumah sakit,
tiga hari setelah kepulangan, atau 30 hari setelah menjalankan operasi.
Gejala dan pengobatan HAI akan bervariasi menurut jenis infeksinya. Jenis yang paling umum dari HAI adalah:
1. Infeksi saluran kencing
Infeksi Saluran Kencing
(ISK) adalah infeksi yang melibatkan setiap bagian dari sistem urinasi,
termasuk uretra, kandung kemih, ureter, dan ginjal. Seseorang bisa
terkena infeksi ini akibat pemasangan kateter urin
jangka panjang. Kateter urin sendiri merupakan sebuah tabung yang
dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui uretra untuk mengalirkan
urin. Sekitar 15-25 persen pasien yang dirawat di rumah sakit menerima
kateter urin selama mereka dirawat inap.
2. Infeksi aliran darah
CVC line (central line/central venous catheter/alat akses
vena) sangat berguna dalam lingkungan perawatan kesehatan. Jika Anda
pernah masuk UGD sebelumnya untuk suatu kondisi serius, atau menjalani
rawat inap, Anda mungkin pernah dipasangkan alat ini. Alat akses vena
memiliki peran penting untuk menyokong kesehatan Anda selama di rumah
sakit. Pasalnya, alat ini berfungsi sebagai jalur masuk bagi cairan,
obat, atau suplai darah ke dalam tubuh. Alat ini juga bisa memungkinkan
dokter untuk segera melakukan tes tertentu.
Terlepas dari kepraktisan dan kepentingannya, CVC line
juga menimbulkan potensi bahaya sampingan, yaitu infeksi aliran darah.
Infeksi aliran darah karena pemasangan central line (CLABSI) dapat
terjadi bila kuman mendapatkan akses ke dalam aliran darah pasien dari
tabung central line. CLABSI dapat menyebabkan demam yang disertai panas
dingin, jantung berdebar-debar, kemerahan, bengkak, atau nyeri di lokasi
pemasukan kateter, dan keluarnya cairan keruh dari tempat kateter.
Untungnya, dokter dan tim medis sudah terlalatih untuk mencegah
penularan infeksi dengan cara melakukan sterilisasi kebersihan pra dan
pasca prosedur pemasukan kateter central line. Tim medis juga selalu
memastikan bahwa tabung kateter segera dilepas ketika tak lagi
diperlukan. Selain tim medis, Anda juga dapat mengambil tindakan
pencegahan sendiri dengan menjaga kebersihan di tempat pemasangan
kateter.
3. Pneumonia
Pneumonia merupakan infeksi lainnya yang bisa ditularkan di rumah sakit. Sebagian
besar kasus penularan penyakit ini akibat dari penggunaan ventilator.
Ventilator adalah mesin yang digunakan untuk membantu pasien bernapas.
Alat ini berisi oksigen dan akan ditempatkan di mulut atau hidung
pasien, atau bisa juga melalui lubang di bagian depan leher.
Infeksi dapat terjadi jika kuman masuk melalui tabung dan masuk
ke paru-paru pasien. Nah, guna membantu mengurangi penularan infeksi
pneumonia ke pasien lain akibat penggunaan ventilator, penyedia layanan
kesehatan biasanya akan menjaga tempat tidur pasien pada sudut 30- 45
derajat. Petugas kesehatan juga akan segera melepaskan ventilator begitu
pasien bisa bernapas sendiri, membersihkan bagian dalam mulut pasien
secara teratur, serta mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani
ventilator pasien.
4. Infeksi situs operasi (SSI)
Sebuah infeksi luka operasi adalah infeksi yang terjadi
setelah operasi di bagian tubuh mana operasi berlangsung. Infeksi luka
operasi kadang bisa terjadi secara ringan karena hanya melibatkan
permukaan kulit saja. Di sisi lain, infeksi ini juga bisa serius ketika
sudah melibatkan jaringan di bawah kulit, organ, atau bahan implan yang
meradang.
Di Amerika Serikat, lebih dari 8.000 orang meninggal
setiap tahunnya dari infeksi luka operasi akibat HAI. Untungnya, risiko
penyakit mematikan ini biasanya tidak berpengaruh pada pasien UGD
kecuali mereka memerlukan prosedur darurat seperti tracheostomy
(pemasukan tabung dada ), atau mungkin transfer ke ruang operasi. Namun,
karena tindakan tersebut terkadang diperlukan, risiko SSI tetap harus
Anda waspadai jika Anda atau kerabat ada yang masuk UGD.
Jika Anda memiliki infeksi di area bekas operasi,
gejala awal bisa termasuk demam, kemerahan dan nyeri di lokasi operasi.
Keluarnya cairan keruh dari luka di mana sayatan bedah dibuat juga bisa
terjadi. Jika Anda melihat tanda-tanda ini setelah operasi, Anda harus
memberi tahu dokter segera sehingga ia dapat meresepkan antibiotik.
Masalah infeksi nosokomial saat ini makin banyak mendapat perhatian para ahli, karena di samping dapat meningkatkan morbilitas maupun mortalitas, juga menambah biaya perawatan dan obat-obatan, waktu dan tenaga yang pada akhirnya akan membebani pemerintah/rumah sakit, personil rumah sakit maupun penderita dan keluarganya. Hal ini jelas bertentangan dengan kebijaksanaan pembangunan bidang kesehatan yang justru menekankan peningkatan efisiensi pelayanan kesehatan.
Dalam upaya menanggulangi kejadian infeksi nosokomial, tinjauan epidemiologi terhadap masalah pencemaran dan infeksi nosokomial perlu dilakukan karena pada dasarnya kejadian infeksi nosokomial melibatkan unsur manusia, lingkungan dan mikroba yang satu samalain saling terkait. Upaya penanggulangan dilakukan mensterilkan alat alat yang digunakan di rumah sakit, melakukan gerakan cuci tangan yang baik dan benar oleh tenaga medis dan pengunjung pasien, menjaga kebersihan lantai serta setiap ruangan rumah sakit dan dengan menggunakan gorden atau tirai rumah sakit yang memiliki kemampuan sifat anti bakteri/infeksi serta anti noda dan tahan air. Untuk mengetahui produk gorden atau tirai rumah sakit tersebut silahkan lihat di sini